Sabtu, 08 Februari 2020

WOW EFFECTS & GO SPIRIT: Sebuah Renungan


By. Budiman Sulaeman, S.Ag., M.HI





Dosen IAIN Parepare





OPINI. Judul di atas terinspirasi dari tiga hari penuh penulis menikmati Workshop Tunas Integritas IAIN Parepare di penghujung 2019, tepatnya 17-19 Desember bersama 40 peserta yang wow (wakil rektor, dekan, wakil dekan, ketua dan sekretaris lembaga, kepala bagian, kepala sub bagian, kepala pusat dan anggota senat) dengan menghadirkan duo trainer hebat nan mengesankan, Kang Asep Chaeruloh dan Ryan Herviasnyah Utama.





Sesaat setelah kegiatan resmi ditutup Rektor IAIN Parepare Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. tiba-tiba ingatan penulis meluncur ke perhelatan pilpres dan pileg yang lalu. Sejumlah dialog imajinatif di pikiran penulis menggelayut yang berujung pada kesimpulan: “Andaikata perhelatan pilpres dulu betul-betul ditata dengan nilai-nilai PANCASILA dan terinternalisasi serta terimplementasi dalam sikap dan perilaku, maka masyarakat pasti bahagia menikmati pilpres”.





Pilpres (pemilihan presiden), pileg (pemilihan legislatif) atau pilkades (pemilihan kepala desa) idealnya mampu membuat pikiran fresh, senyum tulus walau nirfulûs. Tidak membuat kita stress, senyum sinis walau sudah dipaksakan manis. Kondisi ini tersaji akibat semua merasa diri paling benar.





Banyak faktor yang membuat kondisi seperti itu tersaji. Namun dapat disederhanakan menjadi 2 (dua) faktor: internal dan eksternal. Faktor internal indikasinya banyak, namun yang pasti manusia asyik memperturutkan birahi kekuasaannya. Faktor eksternal pun demikian. Indikasinya beragam, namun dapat disimpulkan: manusia terjebak pada WOW Effects; rayuan politis-puitis setan dan konco-konconya. Pikirannya negatif, pandangan batinnya buta, ilmunya lumpuh, dan nuraninya terselubungi kabut zhulmâni (kegelapan).





‘Ibâdallâh…!!! Camkan, WOW Effects itu bekerja halus, nyaris tak terdengar, sulit terpantau, tidak mudah terdeteksi karena rayuannya silent (diam, tidak terasa) dan lebih banyak berawal dari sesuatu yang terlihat atau terasa biasa dan absah. Terlihat dan terasa bukan sebuah pelanggaran. Misalnya, pada mulanya duduk di atas kursi (politik) hanya dalam rangka memperjuangkan hak-hak warga. Namun dalam perjalanannya, niat tulus itu berubah arah dan dibelokkan. Keberadaan kursi berubah menjadi ajang untuk unjuk kekuasaan.





Awalnya memiliki/’membeli’ kendaraan (politik) dianiati untuk memudahkan pergerakannya dalam bekerja dan mengabdi. Namun, WOW Effects mengipas-ngipasi. Akhirnya niatnya bergeser. Kendaraan itu beralih fungsi menjadi alat untuk menancapkan kuku dan cengkraman kekuasaannya.





Pada mulanya mengenakan baju (politik) dengan niat untuk menutupi aurat agar auranya di hadapan warga sebagai manusia terhormat tetap terjaga. Namun, WOW Effects memanas-manasi. Akhirnya niat sucinya berubah menjadi ajang menumbuh-suburkan sifat kibr (kecongkakan) di dalam hatinya, melegalkan sifat dan perilaku takabbur di tengah komunitasnya. Baju yang dipakai, secara ritual masih terlihat gagah. Namun sejatinya, secara moral, baju kebesarannya telah lucut dan copot, tetapi masih bisa mengumbar senyum padahal sudah mengalami ketertelanjangan spiritual.





Awalnya tergerak untuk terjun ke panggung politik praktis dengan niat suci: membumikan keadilan dan kebenaran; mengutamakan kepentingan umum/negara di atas kepentingan pribadi atau golongan; mengukuhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa; dan memberi pendidikan politik santun, ramah dan bersahaja kepada masyarakat. Namun dalam perjalanan karier politiknya, justru mereka membumi-hanguskan keadilan dan kebenaran; sibuk mengurusi kepentingan pribadi atau golongan walau sesekali dibumbui penyedap rasa “atas nama rakyat”; mengoyak-ngoyak persatuan dan kesatuan bangsa; mempertontonkan politik culas, kasar dan hipokrit untuk menjatuhkan lawan (tepatnya: kawan).





Itu sebabnya, Allah mewanti-wanti kita agar secara cerdas melakukan deteksi dini terhadap WOW Effects yang dapat berwujud jebakan, perangkap, strategi dan langkah cerdik namun bertahap dari setan dalam menjerumuskan umat manusia. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Baqarah [2]:168:






وَلا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِين





Terjemah:
“… dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; (karena) sesungguhnya ia (setan) adalah musuh yang nyata bagimu. ”





‘Ibâdallâh…!!! Tidak semua manusia memiliki kemampuan menepis WOW Effects itu. Tidak semua mampu menjadikan setan sebagai musuh abadi. Mengapa? Boleh jadi karena ia tergiur berbagai iming-iming hoax (bohong) setan walau kelihatannya haq, silau dengan gemerlap dunia dan menawarkan pil yang katanya bisa membuat fresh dan menghilangkan stress. WOW Effects ini kerap membutakan mata batin dan nurani manusia. Itu sebabnya, sejak awal Allah mengingatkan dalam QS. Fâthir [35]:6:





إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا





Terjemah:
“Sesungguhnya setan adalah musuh (besar) bagi kamu, maka jadikanlah ia musuh…”





Firman Tuhan ini sejatinya mem-bluetooth pesan ke alam bawah sadar dan lubuk hati terdalam manusia bahwa sejatinya manusia telah mengerti semengerti-mengertinya bahwa WOW Effects itu harus menjadi musuh besar dan abadi dalam kehidupan. Namun sayangnya, manusia seringkali belum mampu memosisikannya sebagai musuh abadi-sejati.





WOW Effects hanya menjadi musuh dalam teori, namun kerap menjadi kawan sejati dalam praktik. Kondisi ini mesti disikapi dengan terus berupaya mengasah kesadaran yang bersumber dari dalam: “inside out”, bukan “outside in”. Mengatasinya bukan hanya melakukan ritual semata dan sesuatu yang biasa, tetapi juga mesti digerakkan secara SPIritual (Super-berPrinsip-Ideal) dan luar biasa yang melibatkan Ruh, Rasa, Raga dan Rasio (4R) secara integral, profesional, berintegritas. Ayo teriakkan: GO SPIRIT…!!![]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar