Humas IAIN Parepare --- Akademisi kampus khususnya dosen, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu penelitian, pendidikan dan pengabdian masyarakat. Kinerja dosen diukur dari sejauhmana mereka melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut.
Secara teknis, tugas pengabdian kepada masyarakat lebih fokus pada pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang tentu saja, pelaksanaannya berlangsung di luar kampus. Tugas pengabdian kepada masyarakat memerlukan komitmen, kapasitas, dan kreativitas dosen dalam membuat program pemberdayaan masyarakat.
Terkait hal tersebut, dua dosen IAIN Parepare, yaitu Dr. KH. Agus Muchsin, M.Ag dan KH. Muhammad Iqbal, S.Pd.I., M.Pd.I., menerima amanah untuk membuat dan mendirikan pesantren di kota Parepare. Kedua akademisi yang terkenal sebagai ulama ini memperoleh amanah dari tokoh dan umat Islam di kota Parepare.
Bagi Agus Muchsin, amanah itu adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat yang harus diwujudkan untuk kepentingan dan kemaslahatan umat, bangsa dan negara. Meski pendirian pesantren itu sangat berat dan membutuhkan dana yang besar, Agus Muchsin dan Muhammad Iqbal tetap menerima amanah tersebut.
Agus Muchsin menyebut pendirian pesantren itu sebagai "Proyek Jalan Menuju ke Surga". "Kami menerima proyek pendirian pesantren ini karena kami meyakini, itulah jalan mulus kami ke surga. Proyek itu adalah investasi akhirat karena proyek itu termasuk amalan jariyah" ujarnya saat ditemui. "Kami memperoleh amanah tersebut pada pertengahan bulan suci Ramadhan lalu. Jadi kami berniat dan memulai proyek itu di bulan suci dan Insyaallah mabbarakka," tambahnya.
Secara singkat Agus Muchsin menyampaikan rencana pendirian pesantren tersebut. Menurutnya, lokasi pesantren akan didirikan di atas lahan yang beralamat di Jalan Industri Kecil, sekitar masjid Darul Mubaraqah Kelurahan Lembah Harapan Kecamatan Soreang Kota Parepare. Lahan itu merupakan wakaf pemberian dari salah satu tokoh masyarakat yang bernama H. Mas'ududdin.
Rencananya, pesantren yang akan didirikan tersebut diberikan nama Ma'had al Mas'udiyah al Syazhiliyah. Mas'udiyah dinisbahkan nama pewakaf lahan, H. Mas'ududdin. Sementara al Syadziliyah adalah nama aliran thariqah yg dinisbahkan pd syekh Abu Hasan al Syadzili. Kosep pengembangannya akan mengadopsi kosep li Dirasatil Qur'an, yaitu pesantren yang akan fokus pada kajian al-Quran secara holistik, meliputi hapalan, terjemah, tafsir, dan pengamalan al-Quran.
Selain itu, menurut Agus Muchsin, pesantren yang akan dikembangkannya memiliki karakter spiritual dengan amalan zikir dan wirid yang dikembangkan oleh KH. Muh. Yusuf, yaitu zikir dan wirid al-Syazhiliyah. Amalan ini diterima langsung oleh KH. Muh. Yusuf dari ulama besar di Makkah ketika belajar selama 9 tahun di sana. KH. Muh. Yusuf adalah kakek dari KH. Dr. Agus Muhcsin yang memiliki jasa beaar terhadap pengembangan Islam di Sulawesi Selatan. Amalan zikir dan wirid al-Syazhiliyah juga dikembangkan mertua KH. Muhammad Iqbal di Sengkang, yaitu Anregurutta KH. Malik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar